Shalat Bukan Hanya Spiritual
4698 View
Lubangsa_Jumat malam, (08/03) pengurus PK (Peribadatan dan Kepesantrenan, red) kembali merealisasikan acara penganugerahan santri terajin shalat berjama’ah bulan Februari 2019 di Masjid Jamik Annuqayah seusai shalat berjama’ah Isya. K. Muhammad Muhsin Amir, motivator pada malam itu memaparkan bahwa beliau baru pertama kali menemukan acara yang seperti ini. “baru kali ini, saya mengisi acara yang seperti ini,”ujar beliau. Acara penganugerahan ini juga untuk memberikan apresiasi kepada santri terajin berjamaah. Selain itu, untuk memberikan rangsangan kepada santri lain agar rajin shalat berjama’ah.
Lebih lanjut, K. Muhammad Muhsin Amir memberikan motivasi untuk memperkuat shalat secara pribadi maupun secara berjamaah. “hal ini merupakan perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad satu setengah tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ketika peristiwa Isra’ Mi’raj,” tuturnya. Hal ini menunjukkan bahwa shalat adalah perintah langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj.
Perintah shalat sebenarnya sudah ada pada masa nabi Adam. Namun, pelaksanaanya berbeda-beda. “nabi Adam cara shalatnya dengan sujud, Nabi Ibrahim hanya ingat kepada Allah,”ujar beliau. Pada mulanya perintah shalat dari Allah berjumlah 50 kali sehari semalam. Namun, karena usulan nabi Musa di langit ke-enam untuk kembali lagi ke langit ke tujuh untuk menghadap kepada Allah untuk mengurangi jumlah shalat karena dikhawatirkan umat nabi Muhammad tidak akan mampu untuk mengerjakan shalat 50 kali sehari semalam. “Nabi Muhammad bolak-balik ke langit ke tujuh untuk memohonkan kepada Allah untuk mengurangi jumlah shalat sampai akhirnya berjumlah 5 kali sehari semalam yang kita kenal dengan shalat fardu. Namun, nabi Musa masih menyuruh nabi Muhammad untuk kembali kepada Allah untuk mengurangi jumlah shalat yang 5 kali sehari semalam. Namun, nabi sudah merasa malu untuk kembali kepada Allah,”jelas beliau dengan bersemangat.
Beliau juga memberikan keterangan bahwa shalat bukan hanya spiritual. “shalat bukan hanya merenung, berdo’a, tapi juga perintah dari Allah, berbentuk amal perbuatan (fi’il, red) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,”tegas beliau kepada para santri malam (08/03) itu. Beliau juga menjelaskan keutamaan shalat berjama’ah dengan mengambil hikmah dari kisah Syekh Ubaid Al-Qowariro seorang yang tidak pernah meninggalkan shalat jama’ah isya dan kisah Syekh Sya’ban seorang laki-laki tua yang rajin shalat jama’ah yang rumahnya jauh dari masjid.
Shalat merupakan hal pertama yang dihitung ketika yaumul hisab (hari perhitungan, Red). “amal yang pertama kali dihitung adalah shalat,”tegas beliau. Dan jangan mengharapkan hadiah. “jangan kalian mengharapkan hadiah semata, jika kalian mengharapkan hadiah atau hal-hal selain karena Allah, maka usaha kalian akan sia-sia.”pungkasnya mengakhiri.
Penulis : Imam Tabroni
Editor : Abd. Warits