PHPN, Pertama Kali Di Annuqayah
2673 View
Lubangsa_Malam itu, suara kaki santri mulai bergemuruh dari masjid seusai melaksanakan salat berjamaah isya’. Sebagian santri mulai duduk rapi di serambi masjid, sementara sebagian santri yang lain berjalan menuju ke selatan sambil memberikan tiket kepada panitia pelaksana sebagai peserta penutupan karantina kepenulisan yang dilaksanakan oleh pengurus Kepustakaan, Penerbitan dan Pers (KP2).
Beberapa santri mulai merapat memadati tempat yang telah disediakan oleh panitia pelaksana yang di bertempat di Aula Lubangsa. Sebagian undangan juga mulai berdatangan memadati tempat yang telah disediakan. Tidak sampai sekian menit, tempat yang telah disediakan oleh panitia mulai sesak oleh para undangan, peserta karantina dan peserta umum yang terdiri dari santri Lubangsa dan delegasi dari pengurus pers daerah lain di PP. Annuqayah. Hawa pun mulai hangat, suara-suara kecil mulai terdengar.
Suasana mulai ramai. Sebagian santri menunggu penampilan musikalisasi puisi “Nabi Kangen” yang dipersembahkan oleh Sanggar Andalas. Para undangan antusias menyaksikan penampilan tersebut. Dilanjutkan dengan dialog interaktif yang dipandu oleh Sultan Manarul Hidayat sebagai MC pada malam itu. Identitas kedua penyaji dibacakan oleh MC kemudian MC memberi sedikit pengantar tentang tema ‘’Membaca Peluang Pers Pesantren Dalam Dunia Digital“. Kedua penyaji saudara Naufil Istikhari Kr dan A. Taufiqil Aziz memasuki Aula Lubangsa secara bergandengan. Tepuk tangan peserta bergemuruh, sebab kedua penyaji sudah hadir di hadapan peserta dan undangan.
Naufil Istikhari Kr menyampaikan bahwa tema pada peringatan hari pers nasional (PHPN, red) tahun ini sangat bertentangan dengan kondisi pesantren. “sepertinya tema ini sedikit kontroversial dengan kondisi pesantren, karena memang di pesantren dilarang untuk mengakses internet,”ungkapnya. Selain itu, Mantan Kru Majalah Muara itu juga memberikan pemaparan tentang bagaimana sikap pesantren dalam dunia digital. “pesantren harus terbuka dengan kondisi media digital hari ini,” lanjutnya.
Sementara itu, Ach. Taufiqil Aziz memberikan beberapa tips menjadi santri yang baik di era saat ini. Salah satunya dengan mempunyai keahlian yang bisa tawarkan kepada orang luar. “paling tidak, kalian harus mempunyai skill yang bisa dipandang oleh orang lain ketika kalian keluar pesantren,” ungkapnya.
Penyajian pun tak berlangsung cukup lama. Sekitar jam 10.30 WIB, kedua penyaji mengakhiri penyampaiannya dan kembali dipimpin oleh MC sebagai pengendali jalannya acara. Salah satu santri delegasi dari daerah lain di Annuqayah juga ikut andil dalam mengajukan pertanyaan kepada kedua penyaji. “saya mengapresiasi acara ini, karena acara ini baru pertama kali saya temukan di Annuqayah, “papar santri delegasi dari PP. Annuqayah daerah Latee.
Abd. Warits selaku Koordinator pengurus Kepustakaan, Penerbitan dan Pers (KP2) membenarkan hal itu saat ditemui didepan kantor redaksi Muara pada kamis (28/02)
Penulis : Ahmad Farisi
Editor : Abd. Warits