PHBI Muharram Sukses digelar, Saatnya Move On
3690 View
Lubangsa_PP. Annuqayah daerah Lubangsa menggelar acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dalam rangka memperingati tahun baru Islam yang ke-1441 H ahad malam (08/09) yang bertempat di halaman masjid Jamik Annuqayah. Acara ini bertepatan dengan hari ke-9 dari bulan muharram sekaligus dalam rangka persiapan puasa tasu’ah dan asyura di bulan Muharram. Semangat santri bergelora ketika lantunan shalawat dari penampilan Al-Banjari Nurul Fata Lubangsa.
Tujuan diselenggarakannya acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI, red) bulan Muharram ini adalah untuk memacu diri untuk bisa hijrah memperbaiki jiwa dan raga demi kehidupan yang diidamkan. “peringatan hari besar Islam Muharram tahun 1441 H ini dirayakan karena memang selayaknya tahun baru inilah yang kita rayakan, agar kita bisa berhijrah, atau dalam istilah sekarang dikenal dengan move on agar memperbaiki cara hidup kita menuju kualitas diri kita dari hari ke hari, paling tidak dari tahun ke tahun,”ungkap K. Muhammad ‘Ali Fikri.
Beliau juga menghimbau kepada para santri agar berpuasa di bulan Muharram pada hari tasyu’a yaitu tanggal 9 Muharram dan di hari asyuro’ pada tanggal 10 Muharram. Pengasuh PP. Annuqayah daerah Lubangsa itu menyampaikan anjuran dari rapat dewan pengasuh PP. Annuqayah agar para santri berpuasa di bulan Muharram,“para santri dianjurkan sahur dalam rangka tasu’a dan asyura’,”lanjut beliau. Para santri seketika bersuara, siap dengan serentak.
KH.Abdul Malik Sanusi, S.Ag mengajak kepada seluruh undangan dan santri agar kembali meluruskan segala tujuan hidup untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup. “para santri yang mondok ke Annuqayah harus diniatkan untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat dan barokah, bukan mencari cerdas, karena tidak ada hubungannya cerdas dengan barokah,”ujarnya. Kiai humoris asal Bondodowoso itu juga menjelaskan beberapa nilai-nilai tentang kepesantrenan yang harus dilakukan oleh seorang santri.
KH.Abdul Malik Sanusi, S.Ag juga menceritakan tentang faidah orang yang berpuasa. Beliau mengambil pelajaran dari seekor ulat. “ulat jika di teras rumah langsung di buang, jika sampai di dapur juga di buang, bahkan, sampai di kebun dan taman-taman di semprot. Lalu ulat berpuasa dan berdzikir atas dasar perintah dari nabi sulaiman, jika ingin naik derajatnya, akhirnya ulat berubah jadi kepompong, beberapa hari kemudian berubah jadi kupu-kupu,”jelas beliau. Kesimpulan dari cerita beliau adalah kita bisa naik derajat dengan dua amalan yakni, berpuasa dan berdzikir.
Sebelum acara ditutup, pemberian kenangan-kenangan berupa lukisan diserahkan oleh Pengasuh PP. Annnuqayah daerah Lubangsa kepada KH. Abdul Malik Sanusi. Menurut laporan ketua panitia, “lukisan tersebut adalah karya salah satu santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa yang memang kami persembahkan kepada beliau,” ujar Mahrus Ali. Acara diakhiri dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh KH. Syafi’ie Anshari.
Penulis : Imam Tabroni Editor : Abd. Warits