Puncak Haflah Akhir Sanah; Pengasuh Pinta Santri Jaga Akhlak
3330 View
Lubangsa_Penutupan Haflah Akhir Sanah 2024 PP Annuqayah daerah Lubangsa berlangsung meriah (07/03). Acara yang dihelat bakda Isya di halaman masjid Jamik Annuqayah itu mengundang K. M. Faizi, K. Ach. Maimun Syamsuddin dan K. Mahmudi Zain sebagai pembicara. Acara tersebut dihadiri oleh asatiz Madrasah Diniyah, wali santri dan seluruh santri serta beberapa alumni Lubangsa.
Pengasuh PP Annuqayah daerah Lubangsa KH. Moh. Shalahuddin A. Warits menuturkan bahwa sebenarnya Haflah Akhir Sanah sebagai malam puncak dan pemberian penghargaan atas siswa teladan dan wisudawan.
“Kepada siswa teladan dan wisudawan, kami ucapkan selamat,” ucap beliau saat tausiah.
Bagi Beliau, prestasi-presatasi akademik yang dicapai hari ini harus dibungkus dengan akhlak. Akhlak itu cerminan santri Annuqayah. Biasanya, sebagian darinya tercermin dalam bentuk sopan santun.
“Jadi, apa-apa yang dibangun dari akhlak akan kokoh. Sisanya berupa keterampilan-keterampilan,” imbuh beliau.
Beliau menyayangkan kondisi anak muda hari ini. Sekarang, akhlak semakin merosot. Sebab itu, Beliau mengingatkan seluruh santri dan alumni jika tahun lalu resolusi yang beliau tuntut pada santri agar sampah tidak keluar dari Lubangsa, tahun ini, beliau menyatakan resolusi agar memberikan perhatian kepada orang lain.
“Resolusi tahun ini, saya minta memberi perhatian kepada orang yang lewat di jalan raya (semisal meyisihkan diri ke tepi jalan jika ada kendaraan atau mobil yang lewat atau menghormat orang yang sedang jalan kaki; Red). Kalau tidak seperti itu, tidak akan terlihat ilmunya. Ukuran akhlak itu di jalan raya,” terang Kiai muda jebolan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir tersebut.
Beliau memberi contoh sederhana. Jika ada santri yang pergi merayakan peringatan maulid Nabi lalu pulang ke rumah sedang kendaraan yang dipakainya memiliki lampu yang sudah di modifikasi dan membuat mata pengendara dari arah berlawanan silau, apakah Nabi bakal senang?
Lebih lanjut, akhlak di jalan raya bagi beliau merupakan cerminan santri.
“Jadi, ini bentuk perhatian kita. Kalau bukan kepada santri, kepada siapa dititipkan?” tandas beliau.